7.1.16

Pergilah, Itu Bahagiamu.

Aku perempuan yang tabah sekalipun gagal menyembunyikan kesedihan.
Jika engkau memilih pergi maka pergilah, jangan karena aku bersedih lantas kau menipu dirimu sendiri. 
Perasaan itu sesuatu yang sakral, kita tak bisa berpura-pura, 
Jangan karena aku jatuh cinta kepadamu–kamu merasa harus membalasnya. 
Cinta bukan balas budi, cinta itu kerelaan
apa yang hendak kau balas jika yang kuberi adalah ikhlas
Aku mencintaimu begitu saja, tak peduli kau kepadaku, atau dunia kepada kita
aku mencintaimu tanpa perlu bertanya “ perlukah” atau bertanya tentang kesediaanmu kucintai.

Aku mencintaimu dengan lugas, tak peduli kau akan mencintaiku atau tidak, sungguh!……berhentilah menghukum dirimu sendiri
jika bukan aku rumahmu, maka pergilah
carilah rumah yang membuatmu tak ingin mengetuk pintu yang lain
Soal hatiku, kekasih, ia akan baik-baik saja
Tidak dicintaimu memberiku kekuatan
Satu-satunya yang membuat aku terluka adalah melihat kamu pura-pura mencintaiku dan dengan bodohnya aku percaya itu
maka bicaralah sekalipun pedih
Kita adalah manusia-manusia dewasa yang paham menempatkan kesedihan.

Jika keberadaanku hanyalah beban untukmu dan merasa kasihan ..
Sekali lagi kutegaskan
Kau berhak pergi

1.12.15

Belajar Melupakan


Selama ini.. Aku selalu dibayangi oleh pertanyaan-pertanyaan yang menuntut untuk diberi jawaban, tapi tak pernah sedikitpun aku temukan.
Tapi sekarang aku sadar, bahwa sebenarnya bukan jawaban yang dibutuhkan, tapi pengertian.
Mengerti.. bahwa sesungguhnya tuhan tidak pernah membuat cerita seperti ini tanpa alasan, dan mungkin saja tuhan tidak ingin aku mencari tahu apa alasan tersebut, tapi tuhan ingin aku belajar dari cerita itu.
Dan.. Memang benar.
Tuhan membuatku belajar banyak hal dari cerita yang ia buat.
Mungkin, belajar mengikhlaskan sesuatu yang memang bukan ditakdirkan untukku.
Mungkin belajar bagaimana tetap tersenyum walau sebenarnya dalam hati hancur.
Semua ini.. Mungkin adalah salah satu cara tuhan untuk mendewasakanku.

Semua ini terjadi begitu saja, tanpa aku sadari. Tentu bukan kebetulan seperti yang kebanyakan orang bilang. Karena aku tak percaya dengan yang namanya "kebetulan" di dunia ini.
Bagaimana bisa ada kebetulan yang seperti ini? Karena jelas-jelas ini semua memang telah direncanakan tuhan sebelumnya, tanpa sepengetahuan kita.
Disini kita menjadi aktor dan aktris yang memainkan alur cerita sesuai dengan apa yang tertulis pada skenario.

Dan hari ini, hari dimana aku harus benar-benar terbangun dari mimpi panjangku yang bertopikkan tentangmu. Sebegitu menjengkelkannya kisah yang terjadi diantara kita berdua, yang dikemas sangat rapi dan indah oleh tuhan, sehingga tak mudah untuk dilupakan. Bahkan mungkin akan menjadi kisah sepanjang masa yang tak akan pernah terlupakan.

Karena pada dasarnya, semua orang memiliki topengnya masing-masing. Dan aku? Belum terlalu pandai untuk mengerti kenampakan aslinya. Karena seringkali yang ditunjukkan pada kita belum tentu itu pula yang ada dalam hatinya.

Ketahuilah tuan, aku sedang berusaha melawan jutaan kamu yang semakin membuncah diotakku.
Seperti asap rokok yang mengepul semakin tinggi diudara. Aku tak percaya, ternya semua ini bisa melangkah sampai sejauh ini.
Aku tak pernah berani mengusikmu jika nanti akhirnya hanya akan membebanimu dikarenakan perasaanku ini.

30.7.15

Pergilah saja

Kau tau seberapa besar (dulu) aku mencintaimu?
Dan apa kau juga tau seberapa besar (sekarang) aku ingin melupakan kita.?
Ntah akan berhasil atau tidak, aku hanya ingin mencobanya.
Jadi kumohon.. pergilah.
Aku ingin segera merapikan semestaku.
Kau tau kekacauan yang kau lakukan selama ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk ku membereskannya. 
Jika kau masih berada disana, bagaimana aku bisa menyelesaikannya?